Jumat, 10 Oktober 2008

Lelaki dengan mantra

:rohman kiting


kau pernah bilang bosan kepadaku: terlalu sering kita larut dalam gaduh dan belitan kata-kata. perjalanan kita tak lebih jauh dari sebuah sudut kamar pengap yang penuh atmosfer perlawanan. bau kopi dan asap rokok membuat otak tak lebih dari sekedar gumpalan.


hari itu samar-samar aku melihatmu keluar dari kerumunan. aku masih di kamarku yang lain. kamar yang lebih nyaman. tempatku menggambar peta-peta yang entah berapa kali kubuat berulang-ulang. hari itu adalah hari sesudah kita berbicara tentang orang-orang yang telah bergerak dengan buntalan-buntalan di kepala, menuju tanah di mana kehidupan dijerang dan orang-orang sudah memanen buah-buahan dengan penuh sukacita. lamat-lamat aku mendengarmu menabalkan mantra, bahwa adakalanya sejarah harus ditulis sendirian. perlawanan adalah kaki dan tangan yang bergerak dan tidak ada lagi kata yang menguap ke udara hampa.


hari berikutnya aku menemukanmu di sebuah sudut, di kota di mana kata menjadi sarapan dan aksara menjadi penguasa. kamarmu juga dipenuhi kata, tetapi kali ini kata yang lebih terencana, kata yang menandai setiap rencana dan kata yang menjadi bukti seberapa luas tanah yang kau injak dan berapa banyak gubuk yang kau singgahi. kata yang kau tulis bersama para pengembara yang memberimu gelegak.


masih jauh. masih banyak hari yang belum dikalahkan. tidak ada yang berubah kawan. berangkat adalah sebuah pilihan. menuju tanah yang lain. gubuk yang berbeda. para pengembara asing. kata-kata yang lebih terencana. sebuah mantra.

Jumat, 29 Agustus 2008

Puisi Kebahagiaan

Tidak ada yang lebih membahagiakan
dari menulis puisi di atas kain kesadaran
dengan tinta air mata kepasrahan
dimana sepi adalah teman berbagi
dan hening adalah rumah Tuhan

Tidak ada yang lebih membahagiakan
Selain mimpi yang jadi kenyataan
hati yang selalu kaya dengan harapan
dan doa yang selalu dipanjatkan

tetapi kadang kebahagiaan adalah
keikhlasan yang begitu lapang
ketika kenyataan menjadi badai
memporakporandakan apa yang kita susun
atau menjadi pencuri
mengambil segala yang kita cinta dan kita genggam

dan kebahagiaan sejati adalah
buah kesabaran yang kita petik dari pohon pengalaman
kita mengunyahnya, menelannya, menjadikannya energi
dan tentu saja : sambil menulis puisi